SKEV-1 merupakan kolaborasi antara sistem body yang dibuat oleh Signal Custom bersama Abdul Hapid, Kepala Bidang Peralatan Transportasi di Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), AutoVision (untuk lampu-lampu) dan Alpine (untuk perangkat audio mobil).
"Dalam mengembangkan alat transportasi, konsep LIPI memang berfokus pada teknologi transportasi listrik dan hybrid" ujar Hapid.
"Perbedaan mobil konvensional dengan mobil listrik terletak pada bahan bakar yang digunakan. Mobil konvensional memakai bahan bakar dari fosil berupa minyak sedangkan mobil listrik berbahan bakar energi listrik" katanya.
Mobil konvensional menggunakan bahan bakar minyak yang disimpan dalam tangki sedangkan mobil listrik menggunakan listrik yang disimpan dalam aki dengan sistem charge seperti handphone.
Mobil konvensional menggunakan bahan bakar minyak yang disimpan dalam tangki sedangkan mobil listrik menggunakan listrik yang disimpan dalam aki dengan sistem charge seperti handphone.
Dari sisi polusi mobil listrik memiliki tingkat polusi nol, sangat hemat energi, ramah lingkungan dan biaya operasional yang murah.
“Kecepatannya sendiri sama bahkan bisa lebih cepat. Dayanya dibentuk dalam bentuk satuan kilowatt. Mobil F1 ini selain teknologi juga membawa misi entertainment sehingga dirancang dengan sistem penggerak 160-180 km/jam, tidak ada suaranya,” kata Abdul Hapid.
Dalam sekali charger/pengisian ulang mobil ini bisa melaju sampai dengan kecepatan 400 km. Hanya saja harganya akan cukup tinggi karena biaya baterei nyamenggunakan batere lithium, ringan, dan waktu pengisiannya singkat.
“Persoalan transportasi kita ada dua, yakni biaya operasional tinggi dan emisi tinggi. Hal itu dilihat dari teknologi pengerak dan ketergantungan pada satu sumber energi yaitu fosil minyak yang tinggi. Bagaimana caranya potensi yang ada di semaua wilayah bisa dimanfaatkan itulah yang harus kita lakukan,” kata Abdul Hapid.
Dalam sekali charger/pengisian ulang mobil ini bisa melaju sampai dengan kecepatan 400 km. Hanya saja harganya akan cukup tinggi karena biaya baterei nyamenggunakan batere lithium, ringan, dan waktu pengisiannya singkat.
“Persoalan transportasi kita ada dua, yakni biaya operasional tinggi dan emisi tinggi. Hal itu dilihat dari teknologi pengerak dan ketergantungan pada satu sumber energi yaitu fosil minyak yang tinggi. Bagaimana caranya potensi yang ada di semaua wilayah bisa dimanfaatkan itulah yang harus kita lakukan,” kata Abdul Hapid.
Sumber: wartapedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar