Kreatifitas ilmuwan asal Jepang memang tidak ada matinya. Beragam robot unik kerap kali mereka ciptakan, yang terbaru
Ukurannya sangat kecil, hampir sama dengan ukuran burung kolibri yang sesungguhnya. Robot burung yang diciptakan peneliti Hiroshi Liu dari Chiba University tersebut dilengkapi sebuah motor mikro dan empat buah sayap yang mengepak 30 kali per detik. Sebuah sensor inframerah mengontrol gerakan sayap sehingga bisa bergerak naik turun, ke kiri ataupun ke kanan.
Meski berbentuk mini, namun sang pembuat -- Hiroshi Liu -- menggantungkan harapan yang luar biasa besar terhadap benda ciptaannya tersebut. Yaitu, sebagai juru selamat bagi korban yang terperangkap di reruntuhan gedung.
"Robot dengan bobot hanya 2,6 gram ini dapat terbang delapan kali lebih stabil dibandingkan helikopter yang dilengkapi rotor blade atau baling-baling," kata Liu seperti dikutip dari AFP, Selasa (29/12/2009).
"Langkah berikutnya adalah membuat bisa terbang melayang pada satu titik di udara dan melengkapinya dengan kamera mikro” tambahnya.
Liu menyebutkan, meski bentuknya kecil namun robot yang dikembangkannya menyedot dengan dana yang besar, hampir 200 juta yen atau setara dengan Rp20,5 miliar.
Robot ini sengaja dikembangkan sebagai alat yang membantu penyelamatan orang-orang yang terperangkap di reruntuhan gedung, melacak pelaku kejahatan, atau bahkan dioperasikan sebagai kendaraan jelajah di Mars.
Liu pun sudah punya ancang-ancang untuk menambahkan kamera mikro dan kemampuan terbang ala helikopter yang bisa bertahan pada satu titik di udara dalam jangka waktu lama di robot besutannya tersebut.
Jadi diharapkan, hal itu dapat membantu robot berbiaya US$ 2,1 juta ini untuk lebih bebas bermanuver. Sebab, selain digadang-gadang sebagai tim penyelamat, robot ini juga dinilai bisa dimanfaatkan untuk mengejar pelaku kriminal, atau bahkan menjalankan misi di planet mars.
Sebelumnya, Robo-hummingbird yang telah dikembangkan oleh divisi penelitian Pentagon, DARPA. Teknologi yang digunakan oleh burung biasa disebut dengan Ultra Aerial Vehicle (UAV) atau Nano Aerial Vehicle (NAV).
Dilansir melalui Wired, Robo-hummingbird ini mampu terbang selama 20 detik saja. Meski waktunya sangat pendek namun hal itu cukup untuk membuktikan keberhasilan penelitian ini. Nantinya riset ini akan menjadi dasar pengembangan robot burung pengintai yang lebih canggih.
DARPA sendiri berhasil mengembangkan robot ini dengan menghabiskan biaya sekira USD2,1 juta, hanya untuk membuat teknologi NAV pada sayap robo-hummingbird, yang kemudian disebut hummingbot 2.0.
"Humming-bot ini hanya berukuran 10 gram dan dapat terbang sepanjang 10 meter per detik, dan bertahan diketinggian 2,5 meter melawan angin," ujar Manjer Program DARPA Todd Hylton.
Hylton menambahkan, burung mata-mata ini dapat dioperasikan di dalam dan di luar gedung. Bahkan saat ia berada di dalam gedung, pengguna dapat mengendalikannya dari luar gedung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar